Puji
syukur mengawali tulisan saya pagi ini, karena masih diberi kesempatan untuk
memperbaiki diri dan bertaubat atas dosa yang selama ini saya lakukan. Sholawat
untuk nabiku muhammad saw, tanpa beliau takkan ada teknologi canggih seperti
ini, karena kita masih dikekang oleh jahilliyah.
Saya
akan mengangkat kisah sore kemarin, sebenarnya saya mau menulis dari malam tadi
tetapi karena ada final futsal di kampus, sayang sekali rasanya untuk di tidak
menonton. Saya tertarik menulis ini karena, pada saat pesiar dan saya merasa
ditampar dan malu kepada diri yang tak pandai bersyukur .
Indahnya
hidup akan terasa bila kita dapat berbagi dengan orang lain, lagi pula sebaik
baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain, jika yang kaya
mendermakan hartanya, maka simiskin akan sangat senang menerimanya, begitu pula
sebaliknya.
Namun kenyataan saat
ini sangat jarang kita temukan peristiwa semacam itu, kedermawanan menjadi
suatu hal yang langka, jikapun ada maka kebaikan tersebut dibungkus dengan
kemasan yang sangat indah yang kemudian dipublikasikan agar dipuji oleh
masyarakat atau yang biasa kita sebut dengan pencitraan. Namun ternyata
pemikiran saya salah, saya terlalu skeptis dengan mengeneralisirkan semua orang
seperti itu.
Kemarin
sore, saya pesiar ke bukit tinggi sendirian, karena ada beberapa perlengkapan
yang harus saya beli, singkat cerita setelah agak sore saya makan dulu sebelum
masuk ke kampus, sembari makan ada 3 orang adek2 pengamen masuk ke ruang makan
saya, saya sedikit risih karena saya memang tidak suka dengan pengamen, setelah bernyanyi dengan lagu yang
antah berantah kemudian salah seorang diantara mereka menyodorkan kresek kepada
saya, dan dengan tegas saya katakan, SABAR ya! Dan mereka pun pergi.
Selesai makan, saya
keluar dan berjalan kaki menuju terminal untuk pulang, melawti trotoar yang
memang disesaki oleh pedagang kaki lima dan pejalan kaki. Tiba-tiba ada tangan
kanan yang melintang di depan saya langkah saya langsung terhenti, kemudian saya memperhatikannya. Ternyata
tangan tersebut adalah seorang penjual nasi uduk keliling yang menawarkan nasi uduknya
(kira-kira harganya 3-5rb) kepada salah seorang penghuni pasar tersebut. Namun kali
ini dia tidak berniat menjual melainkan hanya sedekah. Penjual nasi tersebut
berciri khas dengan celana jingkrang, berpeci putih, dan jenggot jarang, saya
langsung menyimpulkan bahwa pedagang tersebut ialah seorang muslim taat yang
sederhana. Sedangkan orang yang diberinya seperti buruh angkut, dengan bau yang
menyengat, pakaian yang kotor, dan kurus.
Saya terhenti beberapa
saat, karena antara kedua orang tersebut saling tolak menolak, si pedagang
ingin memberikan dan yang menerima dengan basa basi halus mencoba menolaknnya
menunjukan bahwa ia masih ada rasa malu untuk meminta. Namun akhirnya berkat
paksaan pedagang nasi uduk tadi si penenerima dengan senang menerima nasi uduk
tersebut. Kemudian si pedagang langsung pergi menuruni tangga tanpa menyebutkan
nama terlebih dahulu, kemudian saya melanjutkan perjalanan.
Namun,
tuhan menggerakan hati saya, saya teringat firman allah dalam QS.Albaqarah:44
44. Mengapa kamu suruh orang lain
(mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,
padahal kamu membaca Al Kitab. Maka tidaklah kamu berpikir?
Otak saya berpikir
keras, Saya merasa malu, sesungguhnya saya adalah orang-orang yang melalaikan
kesempatan beramal, orang yang tidak punya saja memiliki sifat dermawan yang
tinggi, tetapi saya sebagai seorang praja sering melewatkan kesempatan ladang
amal, saya seringkali dongkol ketika sabun, shampo ataupun odol yang baru dibeli
tiba-tiba habis, atau ketika semir, brasso berantakan karena habis dipakai,
atau karena makanan, atau karena pakaian dan lain sebagainya. Padahal itu semua
adalah kesempatan emas untuk menolong orang lain.
Padahal jika braso yang
saya punya dipakai oleh orang lain, maka seharian dia akan terlihat lebih
indah, dan lebih baik, sesungguhnya allah
itu indah dan menyukai keindahan. Kita akan terus menuai kebaikannya.
Dalam
suatu riwayat dikisah bahwa rasullulah bertanya kepada istrinya:
“قالت عائشة
رضي الله
عنه : ذبحنا شاة
فتصدقنا بها
فقلت:
يا رسول
الله : ما بقي
إلاّ كتفها, قال: كلّها
بقي إلا
كتفها
‘Aisyah
pernah menuturkan bahwa dahulu sahabat menyembelih kambing, maka Nabi bertanya:
“Apa yang masih tersisa
dari kambing itu?” ‘Aisyah berkata: “Tidak tersisa darinya kecuali tulang bahunya.”
Nabi صلى الله
عليه و
سلم bersabda: “Semuanya tersisa, kecuali tulang
bahunya.” (Shahih Sunan At-Tirmidzi no. 2470)
Maksudnya,
apa yang kamu sedekahkan maka itu sebenarnya yang kekal di sisi Allah dan yang
belum disedekahkan maka itu tidak kekal di sisi-Nya.
Jika
uang saku kita 150rb kemudian kita sedekahkan 50rb maka menurut perhitungan
allah, yang tersisa itu ialah 50rb dan yang habis itu ialah 100.
Jazakumullah
khoiron.
Click to see the emoticon code!
Remember that you to keep a white space before the emoticon.