KAPAN ADEK ADA WAKTU.? KITA NAIK SAMA-SAMA !

by Label: di



         Alhamdulillah, akhirnya sampe di bed jugah,  Gak sabar pengen nulis 1 pengalaman baru yang sangat mengesankan, Ya walaupun gak seindah yang di bayangkan tetapi selalu ada cerita yang takkan terlupakan.
Kesempatan ib kali ini gak bakal kami sia-siakan dengan hanya dugem atau semacamnya yang boros dan rawan maksiat, hingga akhirnya saya dan 10 rekan memilih gunung merapi sebagai destinasi wisata kali ini.

Sebenarnya bau mencurigakan sudah terendus dari sebelum keberangkatan, hujan tak berhenti dari kampus sampai kami chek in di kaki marapi. Tenda yang kami harapkan pun sampai jam 17.00 wib belum ada kepastian, alat penerangan seperti senter tinggal karena memang kami tak berharap mendaki malam. Namun namanya juga sudah terlanjur basah ya mandi sekalian.

Akhirnya tenda sudah kami dapatkan, alat penerengan untuk berjalan Cuma memakai senter yang ada di korek seharga rp2500/biji. Dengan perlengkapan seadaanya namun di topang mental dan semangat membara pukul 18.06 kami mulai menanjak.

Rintikan gerimis bercampur keringat yang asin tak sengaja masuk ke mulut, langitpun sangat gelap ditambah trek berlumpur dalam, hingga beberapa kali kami tersungkur, menyadari semakin malam resiko semakin tinggi, akhirnya pukul 20.00 wib kami memutuskan untuk nge-camp.

ALIS TERBAKAR
4 tenda pun kami dirikan, setelah semua perlengkapan di lerai, logistikpun mulai disajikan satu persatu, berniat memasak air panas ternyata gas kompor yang didalam tas sudah bocor, namanya juga sifat khilaf manusia, tanpa berpikir panjang saya langsung mengetes kompor, pada 2 petikan pertama kompor belum bisa menyala, saya goyang-goyang sedikit saya putar dan akhirnya menyala, namun karena masih ada sisia gas bocor di sekitar itu, api tersebut langsung menyambar seluruh isi tenda, akhirnya tenda terbakar dan alis mata saya dan fani adiputra zebua tinggal setengah hahaha :D 

TIDUR DI KOLAM
Pukul 24.00 wib suara hujan makin lebat, ternyata 3 tenda kecil sudah kebanjiran karena kami tak sempat membuat parit, akhirnya tenda kami yang isi 4 orang menerima pengungsi hingga menjadi 8 orang, ya kami tidur duduk dengan pakaian yang basah selama satu malam penuh.

BERJUANG APA MENYERAH
Perdebatan panjang terjadi dari jam 4 sampai jam 6 pagi, apakah melanjutkan perjalan apa turun, karena hujan yang tak reda jua, akhirnya keputusan di ambil setelah melihat matahari, dengan pertimbangan kalau bukan sekarang kapan lagi, oke fix tenda tinggal di bawah dan kami ketas dengan air mineral, kompor + logistik (pempek, mie, sarden, nasi).

Namanya juga praja, kami Cuma butuh waktu 2 jam  untuk sampai ke pemukiman, kampung pendaki sudah mulai terlihat, ratusan tenda tersebar di cadas marapi namun gerimis tak jua berhenti, puncak marapi masih bersembunyi di balik badai, akhirnya kami menunggu badai berlalu sembari memasak. 
              
                Namun ternyata setelah 1 jam menunggu matahari masih belum datang, dan kami memutuskan untuk turun “bukan menyerah tapi tepatnya mengalah, karena ada hal yang lebih penting dan orang-orang yang menyayangi kami menunggu dibawah” sekilas mungkin kalian berpikir sudah sering seperti itu kenapa masih suka mendaki, apakah kami kecewa? Tentu TIDAK!!!

Dalam sebuah pendakian, puncak adalah bonus! Kenikmatan yang sesungguhnya ialah proses yang kami hadapi, setiap perjalanan pasti memiliki cerita masing-masing. Namun inti dari setiap pendakian adalah kerendahan hati, persaudaraan, dan kemanusiaan.

Kerendahan hati
Setiap pendaki pasti tunduk kepada alam, tiada lagi kesombongan, kalaupun kau pejabat sekalipun kau pasti tunduk kepada aturan tuhan, memang tiada yang melihat, tiada yang mengatur namun semua pendaki akan memiliki kesopanan yang tinggi, tak peduli jabtan mu lebih tinggi., atau umurmu lebih tua namun jika bertemu dengan pendaki yang lain kamu harus menyapa menundukan kepala.

Persaudaraan
Setiap pendaki yang kamu temui adalah saudaramu, jangan pernah sungkan untuk bertanya, jangan pernah pelit untuk berbagi, makanan yang kamu bawa naik jangan pernah kamu bawa turun, jika memang tidak habis, sedekahkan pada yang lain, suatu saat jika kamu kekurangan maka kamu akan mendapatkan yang lebih, itu merupakan paham yang kami anut.

Kemanusiaan
Dari suatu pendakian kamu belajar empati, ketika yang lain terjatuh kamu berhasrat untuk menolong, ketika yang lain kegelapan, kamu harus menyinari jalannya, ketika yang lain ingin menyerah kamu harus memberikan semangat dan motivasi, cantik dan gagahnya kamu takkan ada artinya disini jika kamu tak perduli yang lain.
Mencintai tuhan lewat alam, jangan ambil apapun kecuali foto, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan bunuh apapun kecuali waktu!
Salah satu rekan saya berkata, kapan kita ada waktu lagi, selagi kita disumatra kita daki gunung sebanyak mungkin! Ya sokab, semoga tuhan memberika kita banyak rezeki ! AMIN
 
Kalau adek gimana.? Kapan adek ada waktu kita muncak sama-sama ? hehe 







3 komentar:

Back to Top