Alhamdulillah, akhirnya sampe di
bed jugah, Gak sabar pengen nulis 1
pengalaman baru yang sangat mengesankan, Ya walaupun gak seindah yang di
bayangkan tetapi selalu ada cerita yang takkan terlupakan.
Kesempatan ib kali ini gak bakal
kami sia-siakan dengan hanya dugem atau semacamnya yang boros dan rawan
maksiat, hingga akhirnya saya dan 10 rekan memilih gunung merapi sebagai
destinasi wisata kali ini.
Sebenarnya bau mencurigakan sudah
terendus dari sebelum keberangkatan, hujan tak berhenti dari kampus sampai kami
chek in di kaki marapi. Tenda yang kami harapkan pun sampai jam 17.00 wib belum
ada kepastian, alat penerangan seperti senter tinggal karena memang kami tak
berharap mendaki malam. Namun namanya juga sudah terlanjur basah ya mandi
sekalian.
Akhirnya tenda sudah kami
dapatkan, alat penerengan untuk berjalan Cuma memakai senter yang ada di korek
seharga rp2500/biji. Dengan perlengkapan seadaanya namun di topang mental dan
semangat membara pukul 18.06 kami mulai menanjak.
Rintikan gerimis bercampur
keringat yang asin tak sengaja masuk ke mulut, langitpun sangat gelap ditambah
trek berlumpur dalam, hingga beberapa kali kami tersungkur, menyadari semakin
malam resiko semakin tinggi, akhirnya pukul 20.00 wib kami memutuskan untuk
nge-camp.
ALIS TERBAKAR
4 tenda pun kami dirikan, setelah
semua perlengkapan di lerai, logistikpun mulai disajikan satu persatu, berniat
memasak air panas ternyata gas kompor yang didalam tas sudah bocor, namanya
juga sifat khilaf manusia, tanpa berpikir panjang saya langsung mengetes
kompor, pada 2 petikan pertama kompor belum bisa menyala, saya goyang-goyang
sedikit saya putar dan akhirnya menyala, namun karena masih ada sisia gas bocor
di sekitar itu, api tersebut langsung menyambar seluruh isi tenda, akhirnya
tenda terbakar dan alis mata saya dan fani adiputra zebua tinggal setengah
hahaha :D
TIDUR DI KOLAM
Pukul 24.00 wib suara hujan makin
lebat, ternyata 3 tenda kecil sudah kebanjiran karena kami tak sempat membuat
parit, akhirnya tenda kami yang isi 4 orang menerima pengungsi hingga menjadi 8
orang, ya kami tidur duduk dengan pakaian yang basah selama satu malam penuh.
BERJUANG APA MENYERAH
Perdebatan panjang terjadi dari
jam 4 sampai jam 6 pagi, apakah melanjutkan perjalan apa turun, karena hujan
yang tak reda jua, akhirnya keputusan di ambil setelah melihat matahari, dengan
pertimbangan kalau bukan sekarang kapan lagi, oke fix tenda tinggal di bawah
dan kami ketas dengan air mineral, kompor + logistik (pempek, mie, sarden,
nasi).
Namanya juga praja, kami Cuma butuh
waktu 2 jam untuk sampai ke pemukiman,
kampung pendaki sudah mulai terlihat, ratusan tenda tersebar di cadas marapi
namun gerimis tak jua berhenti, puncak marapi masih bersembunyi di balik badai,
akhirnya kami menunggu badai berlalu sembari memasak.
Namun ternyata setelah 1
jam menunggu matahari masih belum datang, dan kami memutuskan untuk turun “bukan
menyerah tapi tepatnya mengalah, karena ada hal yang lebih penting dan
orang-orang yang menyayangi kami menunggu dibawah” sekilas mungkin
kalian berpikir sudah sering seperti itu kenapa masih suka mendaki, apakah kami
kecewa? Tentu TIDAK!!!
Dalam sebuah pendakian, puncak
adalah bonus! Kenikmatan yang sesungguhnya ialah proses yang kami hadapi,
setiap perjalanan pasti memiliki cerita masing-masing. Namun inti dari setiap
pendakian adalah kerendahan hati, persaudaraan, dan kemanusiaan.
Kerendahan hati
Setiap pendaki pasti tunduk
kepada alam, tiada lagi kesombongan, kalaupun kau pejabat sekalipun kau pasti
tunduk kepada aturan tuhan, memang tiada yang melihat, tiada yang mengatur namun
semua pendaki akan memiliki kesopanan yang tinggi, tak peduli jabtan mu lebih
tinggi., atau umurmu lebih tua namun jika bertemu dengan pendaki yang lain kamu
harus menyapa menundukan kepala.
Persaudaraan
Setiap pendaki yang kamu temui
adalah saudaramu, jangan pernah sungkan untuk bertanya, jangan pernah pelit
untuk berbagi, makanan yang kamu bawa naik jangan pernah kamu bawa turun, jika
memang tidak habis, sedekahkan pada yang lain, suatu saat jika kamu kekurangan
maka kamu akan mendapatkan yang lebih, itu merupakan paham yang kami anut.
Kemanusiaan
Dari suatu pendakian kamu belajar
empati, ketika yang lain terjatuh kamu berhasrat untuk menolong, ketika yang
lain kegelapan, kamu harus menyinari jalannya, ketika yang lain ingin menyerah
kamu harus memberikan semangat dan motivasi, cantik dan gagahnya kamu takkan
ada artinya disini jika kamu tak perduli yang lain.
Mencintai tuhan lewat alam,
jangan ambil apapun kecuali foto, jangan tinggalkan apapun kecuali jejak,
jangan bunuh apapun kecuali waktu!
Salah satu rekan saya berkata,
kapan kita ada waktu lagi, selagi kita disumatra kita daki gunung sebanyak
mungkin! Ya sokab, semoga tuhan memberika kita banyak rezeki ! AMIN
puncak marapi ya..
BalasHapusiya puput. makasihh udah mampir ya
BalasHapusiya...
Hapuskalau bukit di muko ipdn baso tu kiro2 brp jam? jauh dak?