Tut...tut..tutt....
alarm dan getaran handphone membangunkan saya di pagi yang sangat dingin saya meraba-raba
mencari HP dan ternyata sudah jam 4.45 Wib, saya membangunkan rekan-rekan yang
lain untuk bersiap menyambut mentari pagi itu, kemudian saya keluar untuk
mencari air dan mengambil wudu sholat subuh, airnya sangat dingin seakan-akan
membeku seperti air gunung lainnya, hari
semakin terang, langit hitam pelan-pelan menguning, matahari kembali pada
peraduannya.
Cuaca begitu
cerah, sepertinya kami bakal menang banyak dengan sunrise pagi ini, tak ada
kabut sedikitpun, gunung cikuray diseberang sana menjadi bonus yang luar bisa,
pemandangan seperti ini hanya bisa di dapatkan pada gunung gunung tertentu di
indonesia. Kami semakin tidak sabar untuk melihat sunrise pagi ini, dengan
gelas dan kopi di tangan kiri dan juga sesekali tangan kanan mengabadikan
moment moment ditunggu ini, hingga pada pukul 06.15 yang ditunggu tunggu
terjunga, matahari naik sekitar 15 derajat setingkat diatas awan hingga
sinarnya menembus dari ujung ke ujung, tak henti hentinya lidah ini basah
dengan bersyukur di pertemukan lagi dengan moment terindah ini, namun sayang
waktu terus berlalu bumi terus berotasi dan moment sunrise hanya berlansung
sesaat, rasanya tidak sampai 10 menit langit kuning sudah berubah menjadi biru
kembali, jam baru menunjukan 06.30 Wib namun dari sini sudah terlihat seperti
siang hari. Kami mengemas barang-barang untuk di tinggal di tenda karena memang
masih penasaran dengan taman edelweis tegal alun yang belum kami temukan
kemarin.
Didalam tenda
sudah di tata rapi, sampah sampah sudah di bersihkan dan di buang jauh dari
sekitaran tenda (untuk menghindari babi hutan) tepat pukul 17.00 Wib sebagai
yang pertama kali memulai perjalan pagi ini kami oamit dan menitipkan tenda
dengan pendaki lain yang masih bersantai dan sarapan. Kali ini kami tetap
memulai dari hutan mati, namun tidak mau mengikuti jalan sebelumnya kali ini
kami memilih jalur sebelah kiri, walau tidak bertemu dengan pendaki lain namun
kali ini kami optimis karena banyak menemukan bekas tapak kaki pendaki lain,
lagian disini tidak begitu terjal seperti kemarin, follow your mind begitulah
kira-kira perjalan mencari tegal alun, dan akhirnya perjuangan membuahkan
hasil, setelah berjalan kurang lebih 45 menit saya lansung berteriak kebelakang
“Mpo.... kito sudah sampe” ya saya melihat tulisan tegal alun pada sepotong
papan penunjuk jalan yang sudah patah. Dan kami semua kegirangan telah
menemukan yang kami cari, hamparan seluas 32 hektare dipenuhi oleh edelweis
namun katanya ini hanya tinggal sebagian karena letusan 2002 telah menghangus
hampir ¾ tanaman edelweis tersebut.
Setelah puas
mengambil gambar dan bersantai diatas sekitar jam 10.00 Wib kami kembali ke
bawah, jika kalian berlari jarak tempuh ke bawah hanya butuh 20 menit untuk
sampai pada pondok salada. Kami berkemas melipat tenda dan barang barang
lainnya, sisa logistic kami sedekahkan pada ibu di warung di ghuber hut (parno,
katanya gak boleh bawa makanan turun lagi) dan hebatnya ternyata di papandayan
ada ojek gunung loh, iya nanti ransel kamu bakal dibawain turun, setelah sampai
di jalan tanah (pos 1) kamu bakal diantar ke jalan raya hanya dengan membayar
25k/p saja. Karena ransel sudah dibawain sama ojek maka kami berlari dari ghuber
hut sampai ke pos 1 hanya dengan waktu tempuh 30 menit dari 80 menit waktu
normalnya.