CARA MENDAKI GUNUNG - EXPEDISI PAPANDAYAN PART 3/3

by Label: di


Tut...tut..tutt.... alarm dan getaran handphone membangunkan saya di pagi yang sangat dingin saya meraba-raba mencari HP dan ternyata sudah jam 4.45 Wib, saya membangunkan rekan-rekan yang lain untuk bersiap menyambut mentari pagi itu, kemudian saya keluar untuk mencari air dan mengambil wudu sholat subuh, airnya sangat dingin seakan-akan membeku seperti air gunung lainnya,  hari semakin terang, langit hitam pelan-pelan menguning, matahari kembali pada peraduannya.

Cuaca begitu cerah, sepertinya kami bakal menang banyak dengan sunrise pagi ini, tak ada kabut sedikitpun, gunung cikuray diseberang sana menjadi bonus yang luar bisa, pemandangan seperti ini hanya bisa di dapatkan pada gunung gunung tertentu di indonesia. Kami semakin tidak sabar untuk melihat sunrise pagi ini, dengan gelas dan kopi di tangan kiri dan juga sesekali tangan kanan mengabadikan moment moment ditunggu ini, hingga pada pukul 06.15 yang ditunggu tunggu terjunga, matahari naik sekitar 15 derajat setingkat diatas awan hingga sinarnya menembus dari ujung ke ujung, tak henti hentinya lidah ini basah dengan bersyukur di pertemukan lagi dengan moment terindah ini, namun sayang waktu terus berlalu bumi terus berotasi dan moment sunrise hanya berlansung sesaat, rasanya tidak sampai 10 menit langit kuning sudah berubah menjadi biru kembali, jam baru menunjukan 06.30 Wib namun dari sini sudah terlihat seperti siang hari. Kami mengemas barang-barang untuk di tinggal di tenda karena memang masih penasaran dengan taman edelweis tegal alun yang belum kami temukan kemarin.

Didalam tenda sudah di tata rapi, sampah sampah sudah di bersihkan dan di buang jauh dari sekitaran tenda (untuk menghindari babi hutan) tepat pukul 17.00 Wib sebagai yang pertama kali memulai perjalan pagi ini kami oamit dan menitipkan tenda dengan pendaki lain yang masih bersantai dan sarapan. Kali ini kami tetap memulai dari hutan mati, namun tidak mau mengikuti jalan sebelumnya kali ini kami memilih jalur sebelah kiri, walau tidak bertemu dengan pendaki lain namun kali ini kami optimis karena banyak menemukan bekas tapak kaki pendaki lain, lagian disini tidak begitu terjal seperti kemarin, follow your mind begitulah kira-kira perjalan mencari tegal alun, dan akhirnya perjuangan membuahkan hasil, setelah berjalan kurang lebih 45 menit saya lansung berteriak kebelakang “Mpo.... kito sudah sampe” ya saya melihat tulisan tegal alun pada sepotong papan penunjuk jalan yang sudah patah. Dan kami semua kegirangan telah menemukan yang kami cari, hamparan seluas 32 hektare dipenuhi oleh edelweis namun katanya ini hanya tinggal sebagian karena letusan 2002 telah menghangus hampir ¾ tanaman edelweis tersebut.

Setelah puas mengambil gambar dan bersantai diatas sekitar jam 10.00 Wib kami kembali ke bawah, jika kalian berlari jarak tempuh ke bawah hanya butuh 20 menit untuk sampai pada pondok salada. Kami berkemas melipat tenda dan barang barang lainnya, sisa logistic kami sedekahkan pada ibu di warung di ghuber hut (parno, katanya gak boleh bawa makanan turun lagi) dan hebatnya ternyata di papandayan ada ojek gunung loh, iya nanti ransel kamu bakal dibawain turun, setelah sampai di jalan tanah (pos 1) kamu bakal diantar ke jalan raya hanya dengan membayar 25k/p saja. Karena ransel sudah dibawain sama ojek maka kami berlari dari ghuber hut sampai ke pos 1 hanya dengan waktu tempuh 30 menit dari 80 menit waktu normalnya.


















Posting Komentar

Back to Top