Sampai kapan akan tetap bertahan,
tanah subur yang tuhan anugerahkan, seringkali di nodai dengan darah dan kejahatan,
nyawa nyawa seperti tak ada harga, bunuh-bunuhan dianggap biasa, walau di usut
sering kali masalahnya hal hal kecil saja, kriminalitas masih tinggi, curat dan
curas tak henti henti, walaupun ada sejuta polisi, namun jika mindset tak
berubah sampai kiamat pun terus begini.
Bagaimana kita kan maju, setiap
hari ditakuti isu, isu yang mengurungkan investor untuk datang, rasa takut yang
terbayang bayang, suasana yang makin mencekam, seperti yang aku pikirkan saat
pertamaku datang, walau sebenarnya tidak seburuk yang dibayangkan.
Dengarlah dengar para perusuh, semua
olehmu yang membuat gemuruh, ingatlah kite saudara walaupun jauh, jangan
seperti menempel kersik di buluh, nasehat baik kau buang jauh jauh. Jangan berebut
buluh hanyut tangan luka buluh tak dapat, jangan mudah bunuh membunuh, nyawa manusia
lebih beharga dari dunia dan akhirat.
Kita diatas tanah yang sama, jemo
dusun dan pendatang saling menebar cinta, kedamaian adalah suatu cita cita, cita-cita
yang sama-sama kita damba, kita Bersama pemimpin dan harapan baru, taati dan
patuhi selalu, jangan mudah terprovokasi karena kehidupan madani adalah harga
mati.
Ingatlah ingat adingku sayang,
badan yang alap bukan untuk kejahatan, umur
mudo jangan di buang buang, sayangi diri sayangi badan, buat bangga wongtuo dan
tanah kelahiran. untuk kakangku yang aku hormati, pikikan agi sebelum terjadi, Sebelum
itu terjadi hentikan gawean ini, sajam dan senpi jangan dipake agi kalau sampai
kakang mati bini jando dimbek kanti.
Ulama dan umaro tingkatkan
sinergi, Bersama masyrakat mengawal demokrasi, setiap masalah pasti ado solusi,
solusi yang menghapus tradisi, tradisi lama tinggalkan sudah, sudah saatnyo
kito berbenah menuju kehidupan yang
lebih indah.
Ditulis atas dasar cinta, pemuda pendatang
yang dikirim tuhan untuk mengabdi di daerah ini.
Aldiwan